Kisah inspiratif Behnaz Shafiei, pembalap motor profesional wanita asal Iran pertama, yang bertekat untuk melewati garis finish meskipun undang-undang negaranya melarang.
Automoto – Irene Kotnik adalah pendiri “The Petrolettes” yaitu komunitas motor wanita yang bermarkas di Berlin Jerman, mengundang Behnaz Shafiei pembalap motorcross profesional wanita pertama asal Iran, Ia adalah pemalap jalanan dan juga seorang aktivis yang berkunjung dari rumahnya di Teheran.
Berhnaz dan 2 wanita lainnya berkendara sejauh 235 kilometer ke selatan melalui pedesaan Jerman Timur untuk berpartisipasi dalam acara tahunan Petrolettes yang notabena anggotanya wanita, festival dan balapan dihelat di area pacuan kuda terkenal yaitu Schleizer Dreieck, Kemudian Behnaz melanjutkan perjalanan ke Munich, memulai tantangan berikutnya yang memecahkan konvensi menjadi wanita Iran pertama yang mengendarai motor sendirian melintasi Eropa.
Sepanjang hidupnya Behnaz telah menghabiskan waktunya selama 17 tahun terakhir memperjuangkan hak untuk dapat mengendarai motor dinegara asalnya tanpa ada penganiayaan, baik secara hukum maupun tidak dan juga secara sosial.
Di Negara Amerika pengendara motor wanita dimulai pada tahun 1937, bagi perempuan iran, kebebasan untuk mendapatkan SIM atau berkendara ditempat umum telah dilarang sejak revolusi Islam pada tahun 1979.
Karena bagi wanita mengendarai motor itu merupakan ancaman terhadap moralitas, seorang perempuan Iran mengendarai motor dijalanan dikenakan denda, motornya disita dan bahkan dipenjarakan, terutama jika ia melepas helm dan tidak menggunakan hijab.
Saat berada di Jerman Behnaz meminta kepada semua orang bila mau memotret dirinya pada saat sedang mengenakan helm dan berhijab untuk menghormati hukum dinegaranya, meskipun ia berada di Jerman, berita akhir-akhir ini, perempuan diatas usia sembilan tahun wajib mengenakan cadar di Iran, jadi banyak wanita-wanita Jerman yang terkejut dengan kenyataan pahit ini bila dibandingkan dengan pengendara motor wanita di negara lain dan segala keterbatasan yang ada, sungguh merupakan pertaruhan yang besar bagi wanita-wanita Iran untuk berkendara motor dijalanan.
Berpakaian seperti anak laki-laki selama bertahun-tahun Ia diam berlatih mengendarai motor sendirian dalam kegelapan setiap malam hingga pukul 3 dini hari untuk menghindari penangkapan, untuk belajar motorcross ia berkelana ke pedesaan iran, dimana polisi tidak mengawasi wilayah tempat ia belajar.
Meski resikonya berat, Behnaz muda memiliki impian untuk bisa mengendarai motor sejak usia dini, saat Ia sedang berlibur pada usia ke 15 tahun, Ia menyaksikan seorang wanita mengedarai motor secara ilegal dipedesaan, sejak saat itu, Behnaz yakin bahwa wanita mampu mengendari motor.
Ia bertekat tidah hanya untuk belajar mengendarai motor seperti wanita yang dilihatnya, tapi juga untuk bisa balapan, untungnya, Behnaz mendapat dukungan dari ibunya, tidak seperti kerabatnya yang lain, Kerabat-kerabatnya tidak berbicara dengannya selama 10 tahun karena mengendarai motor itu merupakan tindakan yang dianggap mempermalukan keluarganya.
Tetapi ibunya melanggar aturan dengan bertanya kepada laki-laki asing dijalanan dan di pasar apakah putrinya boleh memimjam motornya, ibunya sangat percaya pada behnaz bahwa ia mampu menembus skeptisisme mereka dan menyakinkan orang-orang ini untuk memimjamkan motor kepada putrinya yang masih kecil, sehingga memperkuat hasratnya dan meramalkan masa depannya sebagai pembalap.
Setelah menabung selama tujuh tahun dari pekerjaannya sebagai akuntan, Behnaz akhirnya diam-diam membeli motor pertamanya, yang dibeli dengan alasan untuk anggota keluarganya yang laki-laki. dikegelapan malan sampai pukul 3 dini hari Ia belajar sendiri naik motor yang baru dibelinya agar tidak ditangkap polisi.
Untuk belajar motorcross Ia pergi kepedesaan, dimana tidak ada pengawasan polisi, berkat ketekunan dan bakatnya bisa membuahkan hasil yang menggembirakan dirinya dan ibunya, akhirnya Ia menjadi makin mahir untuk melakukan balapan, tetapi tidak ada tempat baginya untuk bersaing secara legal di negaranya sendiri.
Akhirnya Behnaz Shafiei menghabiskan waktu 3 tahun secara intens untuk melobi dan berbicara secara terbuka pada tahun 2017, Ia sangat berberan penting dalam membuat federasi mobil dan motor Republik Islam Iran untuk memberi kelonggaran larangan bagi wanita untuk berlatih dan balapan secara profesional.
Ia diakui oleh wakil Presiden Federasi balap wanita Iran, Fariba jawanMardi dan mendukung Behnaz, dan akhirnya Ia mendapatkan izin dari Federasi motor untuk memasuki sirkuit balap motor Azadi di Teheran sebagai wanita pertama yang berlatih dan berlomba di depan umum dalam sejarah Iran, sejak saat itu, ia menjadi pembalap motor wanita paling terkenal dinegaranya.
Paparan media yang luas melalui media sosial, akhirnya Behnaz diundang oleh pembalap California Shelina Moreda untuk berlatih di Amerika Serikat dengan pelatih profesional ditengah komunitas balap yang sudah mapan dan supportif, setelah menungggu 2 tahun untuk mendapatkan visa, akhirnya ia bertolak ke Amerika untuk berlatih secara internasional, dan sekembalinya ke negaranya, ia memutuskan untuk membayar kembali kesempatan ini dengan membantu perempuan Iran lainnya untuk belajar berkendara, digang-gang, ia mengajari lebih dari 2 ribu wanita iran belajar motor.
Dari kebebasan baru yang ia dapatkan, pengendara wanita di iran masih memiliki tantangan yang lebih besar, saat ini di Iran, perempuan masih tidak diperbolehkan memiliki SIM atau berkendara ditempat umum, bahkan diarena pacuan kuda, laki-laki tidak diperbolehkan menyaksikan perempuan, polisi memperketat pengawasan dengan mendirikan 100 pos pemeriksaan diseluruh kota untuk memastikan tidak ada orang yang berkendara tanpa menggunakan sim guna memastikan pula tidak ada wanita yang mengendarai motor (13/2/2022).
Meski menghadapi rintangan-rinangan ini, Behnaz Shafiei tetap melanjutkan perjuangannya dengan harapan bahwa suatu hari nanti ia dan semua siswanya dapat turun ke jalan bersama dalam solidaritas. saat di jerman Hujan turun Behnaz bersama wanita-wanita yang menemaninya mendapatkan kebebasan penuh mengendarai motor untuk menuju acara tahunan festial dan Petrolettes untuk wanita, mereka berempat berkendara bersama menuju lokasi, Behnaz menjadi Road Captain melewati jalan bebas hambatan di leipzig, dan beristirahat di restoran Iran yang ada di Jerman.
Behnaz memperkenalkan budaya dan kuliner Iran kepada teman-teman wanita yang menemaninya, teman-temannya menyadari bahwa kecintaan Behnaz terhadap motor tidak hanya berasal dari keberaniannya menentang rezim yang menindas, namun juga dari rasa perayaan, perlawanan dan kegembiaraan murni dan semua teman-tamannya berharap kedepannya semua wanita Iran bisa mendapatkan kebebasan penuh untuk berkendara motor.
[image credit to heidi zumbrun]