27.3 C
Jakarta
Thursday, November 14, 2024

Begini Cara Orang Jepang Menyaingi Budaya Amerika

Begini cara orang Jepang menyeimbangkan budaya Amerika dan justru melakukannya lebih baik dari orang Amerika sendiri

Automoto – Negara Jepang adalah negeri yang penuh kontadiksi, futuristik tetapi kuno, menganut tradisi sambil mendorong perkembangan tehnologi baru, setelah perang dunia ke-2. Jepang melakukan tugas berat untuk membangun kembali pemerintahan, perekonomian dan tatanan masyarakat, namun orang Jepang memiliki bakat yang luar biasa dan pekerja keras. Semua ini memang benar berdasarkan pengalaman saya saat berada di Jepang.

Kesadaran baru bagi orang Jepang terhadap dunia diluar negara mereka menyebabkan mutasi budaya dan inovatif, identitas Jepang menyatu dengan ide-ide budaya dari seluruh penjuru dunia, terutama dari perpaduan tren dan konsep Amerika Serikat dengan konsep American dreaming nya.

Tren dan konsep Amerika terbebas dari batasan budaya mereka begitu mereka bermigrasi ke Jepang, hampir segala sesuatu dipenuhi dengan cita-cita budaya penciptanya, membawa konteks waktu dan tempat di mana karya tersebut dibuat. 

Namun di Jepang, artifak budaya Amerika menjadi papan tulis kosong dimana orang Jepang dapat memproyeksikan maknanya sendiri. hal ini menyebabkan adanya kontradiksi tetapi tidak ada konflik, melainkan sebuah keharmonisan dan keseimbangan.

Budaya FILM 

 

Mulai tahun 1950-an, film-film Amerika memenuhi Jepang, Rebel Without A Cause, The Wild Ones, dan kemudian Easy Rider, mempegnaruhi budaya anak muda yang sedang berkembang di kedua benua tersebut. seperti film-film Amerika, anak-anak Jepang mulai berpakaian seperti James Dean, Brando, dan Fonda, karena orang Jepang diperkenalkan pada budaya Amerika melalui media massa, penafsiran mereka sering dianggap sebagai karikatur.

Orang-orang Jepang berpenampilan ala Grease lebih cenderung mengacu pada John travolta ketimbang pada Matt Dilon seperti dalam film The Outsiders. tentu saja, mengambil budaya lain secara langsung bukanlah hal yang baik, terbatas pada pengalaman orang Jepang, lihat saja perilaku orang Amerika terhadap samurai atau ninja untuk melihat bagaimana gagasan budaya bisa hilang dalam penerjemahannya.

Budaya HOT Rod

Berkenaan dengan budaya Rockability di Jepang diterjamahkan sebagai budaya mobil Hotrod, dan menjadi pusat budaya sebagai kustom kultur yang diprakarsai oleh Shige Suganuma pendiri Mooneyes Jepang pada tahun 1983, saat mengunjungi Clifornia dari Jepang, Shiege Suganuma mampir ke Moon Equipment Company yang terkenal di Santa Fe Spring untuk membeli satu set cakram MOON yang ikonik. ia melihat tutup panci pizza ada disebuah mobil hotrod dan ia berniat untuk memasangnya di mobil pick-up yang dimilikinya.

Saat itulah dia pertama kali bertemu dengan pendiri mobil hotrod legendaris yaitu Dean Moon, yang meminta Shige Suganuma untuk mulai menjual cakram moon di Jepang. 3 tahun kemudian, Shiege Suganuma mendirikan MOONEYES Jepang, sebagai pemasok peralatan dan aksesoris khusus mobil Hotrod di Motomachi, Yokohama.

Membuat pameran mobil custom Mooneyes pertama berlangsung di Yokohama pada tahun 1991 dan sejak saat itu terus berkembang menjadi salah satu tempat berkumpulnya mobil dan motor chopper paling populer didunia. Mereka telah mampu mengembangkan bahasa desain mereka sendiri yang berbeda dengan Hotrod dan motor chopper yang ada di Amerika, Ia menciptakan kendaraan yang berbeda dengan Hotrod dan Chopper Amerika sendiri.

Soal Musik

Musik Rock and Roll mulai menguasai Jepang pada waktu yang hampir bersamaan dengan Amerika Serikat, berkat para GI Amerika yang membawa rekaman dari negaranya. rekaman musik Elvis Presley dan Bill Haley sama populernya di Jepang dan di Amerika, dan hal tersebut tidak lama kemudian Jepang menghasilkan aksi-aksi rocknya sendiri.

Musisi pianis Jazz Toshiko Akiyoshi memasukkan musik Afro-America dengan tema dan instrumentasi Jepang, menjadikannya tidak hanya gabungan gaya tetapu juga menciptakan genre tersendiri, dan Band Punk seperti Friction menghancurkan Tokyo pada akhir tahun 1970-am.

Saat ini, pria berbalut jaket kulit, dan berambut model Pompadoured dan wanita-wanita mengenakan rock mini pendek masih sering berkumpul di taman Yoyogi Tokyo untuk menari mengikuti irama jaman keemasan.

Budaya motor Harley-Davidson di Jepang

Harley-davidson terkait erat hubungannya dengan budaya bermotor di Amerika, namun hubungannya dengan Jepang motor ini hampir sama tuanya dengan perusahaan itu sendiri, Harley-davidson pertama kali muncul di Jepang pada awal tahun 1912, pada tahun 1924, perusahaan penjualan motor Harley-Davidson yang baru didirikan di Jepang, mulai mengimpor motor terutama untuk keperluan militer dan polisi.

Pada tahun 1929, krisis ekonomi menyebabkan devaluasi mata uang Jepang “Yen” dikombinasikan dengan tarif proteksi, hampir tidak mungkin untuk menjual Harley impor di Jepang, sehingga Harley-Davidson melisensikan namanya dan menyediakan peratalan, blue print, proses, dan suku cadang kepada perusahaan Sankyo, dengan menetapkanbahwa motor tidak boleh dijual di luar Jepang.

Perusahaan Sankyo membangun parbirk yang canggih, dan pada tahun 1932, Harley-Davidson ‘RIKUO” (Continent King) pertama diluncurkan dari jalur perakitan. saat menjelang perang dunia, Jepang menjadi bermusuhan dengan perusahaan asing diwilayahnya, dan Harley-Davidson terpaksa keluar dari negara tersebut pada tahun 1937.

Produksi desain motornya terus berlanjut, tanpa perjanjian lisensi, dengan nama Rikuo, Rikuo meningkatkan produksinya untuk kebutuhan militer Jepang, memproduksi sekitar 18.000 motor untuk keperluan perang. setelah perang berakhir, perusahaan tersebut melanjutkan produksinya dengan kapasitas terbatas.

Namun pada tahun 1960 Rikuo menyatakan bangkrut dan menutup pabriknya, dua tahun kemudian Harley-Davidson mendapatkan kembali pijakannya di Jepang dan mulai membuka dealer baru. Harley-Davidson kini menjadi simbol status di Jepang, dengan loyalis merek yang sama bersemangatnya dengan sekutu Amerika.

Budaya Denim

Anak-anak muda Jepang dan Amerika sama-sama ingin berpakaian seperi antihero berbaju denim yang mereka lihat di layar TV, dan tidak ada yang melambangkan ketidakpuasan remasa seperti celana Jeans biru. 

Pada tahun 1970-an, Masyarakat Jepang beralih dari pengagum denim menjadi produsen, dan denim Jepang kini telah menjadi denim yang paling dicari didunia. apa yang membuat denim Jepang begitu istimewa adalah upaya para produsen untuk menyempurnakan prosesnya, dengan perhatian yang cermat terhadap detail.

Para pemuat Jeans menjadi terobsesi dengans emua aspek produksi, mulai dari sumber kapas Afrika, hingga pewarnaan indigo tradisional, seperti momotaro, tealh melangkah lebih jauh dengan menghidupkan kembali alat tenun tangan, dimana satu orang menenun kain tersebut untuk dijadikan celana Jeans.

pengagum Jeans Amerika di Jepang sangat berkomitmen untuk memahami nuansa pakaian, seluruh subkultur pecinta Jeans telah belajar membedakan celana jeans berdasarkan perbedaan yang paling halus, saat ini, 70 % denim vintage ditemukan di Jepang, tempat Jeans berada. 

BACA JUGA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Latest Articles

- Advertisement -

Popular Articles

automoto.id We would like to show you notifications for the latest news and updates.
Dismiss
Allow Notifications